Gedung-gedung mewah dan megah dengan prasarana yang memadai, serta kondisi udara dalam ruangan yang diatur senyaman mungkin sering dianggap tempat ideal untuk bekerja dan beraktivitas. Namun ironisnya, justru di tempat-tempat seperti inilah kesehatan kebanyakan pegawai sering terganggu.
Apa penyebabnya?
Iloveproperty.id merangkum berdasarkan penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), kurang lebih 30% gedung di dunia bermasalah terkait dengan kualitas udara dalam ruangan. Masalah tersebut sering menimbulkan gejala yang dinamakan Sick Building Syndrome (SBS).
SBS kerap dirasakan orang yang bekerja di gedung yang hanya ’mengandalkan’ AC, tidak terkena sinar matahari, dan tidak memiliki ventilasi yang cukup. Serangan ini tak hanya melanda pekerja di perkantoran, namun juga pengunjung pusat perbelanjaan. Gejala awalnya adalah sakit tenggorokan, badan cepat letih, sering pusing, dan iritasi mata.
“Seharusnya permasalahan ini bisa dikurangi dengan penggunaan material-material yang mengusung konsep ‘green,’” kata Yuwono Imanto, Direktur PT Propan Jaya.
Sementara, Naning Adiwoso, Ketua Green Building Council Indonesia (GBCI) mengatakan, hingga saat ini gedung di Jakarta yang sudah mengantongi sertifikat hijau dari GBCI baru empat bangunan. Keempat bangunan tersebut yaitu Gedung Kementerian Pekerjaan Umum, Gedung Kedutaan Besar Austria, BCA Tower, dan Gedung Perkantoran Dahana.
“Ada juga beberapa yang masih dalam proses penilaian, tapi kami belum bisa sebutkan,” kata Naning.
Naning menambahkan, pihaknya terus melakukan sosialisasi tentang pentingnya memiliki gedung yang mengadopsi konsep hijau. Menurut Naning, keuntungan dari gedung berkonsep hijau adalah kesehatan yang justru tidak ternilai harganya.
“Target kami selaku organisasi, pada 2015 paling tidak kami dapat menimbulkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsep hijau ini,” ujarnya.
Share