Risiko perubahan iklim sepertinya memiliki dampak terhadap harga perumahan. Pertumbuhan harga daerah dengan risiko bencana yang kecil melampaui kawasan yang rawan bencana.
Rata-rata harga rumah yang berada di kawasan dengan risiko bencana yang kecil sudah melewati harga rumah yang ada di daerah rawan bencana. Bencana yang dimaksud adalah banjir, angin badai, dan juga kebakaran hutan.
Seperti dilansir dari halaman rumah123.com dan Bloomberg melansir hal ini dalam kurun waktu 2007 hingga 2017. Situs ekonomi ini mengutip dari penyedia layanan informasi properti Attom Data Solutions.
Data menunjukkan kalau rata-rata harga rumah di kawasan rawan bencana harganya tidak terlalu berharga dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu.
Meski begitu, harga rumah di kawasan Key Biscayne, Florida dan Aromas, California sama-sama bernilai tinggi pada 2017 dibandingkan dengan harga pada 2007.
“Bencana alam bukan satu-satunya faktor yang dilihat oleh konsumen ketika membeli rumah,” ujar senior vice president of communications Attom Data Solutions, Daren Blomquist seperti dilansir oleh Bloomberg.
“Beberapa data properti menunjukkan kalau konsumen memberikan respon terhadap risiko bencana alam, walaupun hal itu memang tidak dapat diprediksi,” lanjut Blomquist.
Cukup banyak pembeli yang sudah bersiap untuk menghadapi bencana alam. Dan kebetulan daerah tersebut juga mempunyai fasilitas untuk menghadapi bencana alam.
Nah, bagaimana dengan Indonesia ya? Negeri ini kan rawan beragam macam bencana seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor, tsunami, kebakaran hutan, dan lainnya. Bagaimana dengan harga rumah. Apakah ikut terpengaruh?
Kalau di Jakarta sih biasanya sudah lazim kalau ada orang mau membeli rumah akan bertanya, “Di sini rawan banjir nggak?”
Share