Bukan berita barulah ya bahwa harga rumah cenderung naik. Lebih-lebih di perkotaan, semisal Kota Jakarta. Itu sebabnya, nunda-nunda beli rumah yang rugi kamu sendiri. Soal kenaikan harga rumah di Jakarta ini bisa kita lihat dari Global Residential Cities Index. Indeks ini dirilis oleh konsultan properti internasional Knight Frank yang bermarkas di London, Inggris.
Sepeti dikutip Kompas.com, Jumat (25-5-2018), indeks tersebut merupakan daftar peringkat kenaikan harga rumah di 150 kota dunia pada kuartal ke-4/2017. Dalam daftar tersebut Jakarta masuk peringkat ke-82 di dunia dengan kenaikan harga rumah 3,8 persen, lebih tinggi dibanding kuartal ke-4/2016, yakni pada peringkat ke-86 dengan kenaikan harga 3,7 persen. Menurut JLL, harga rata-rata hunian di Jakarta untuk kelas menengah atas Rp45 juta per meter persegi dan kelas menengah Rp25 juta per meter persegi.
Di Asia Tenggara, cuma 3 kota yang masuk daftar 150 kota dunia tersebut, yakni Kuala Lumpur, Jakarta, dan Singapura. Kuala Lumpur ada di peringkat ke-68 dengan kenaikan harga 5,8 persen. Sedangkan Singapura berada pada peringkat ke-111 dengan kenaikan harga 0,6 persen.
Meski Jakarta mengalami kenaikan harga rumah dengan peringkat ke-2 se-Asia Tenggara, tapi dibandingkan dengan peringkat se-Asia, kenaikan harga tersebut masih lebih rendah. Peringkat harga kenaikan rumah tertinggi ada di Hongkong, diikuti kota-kota: Ahmedabad, Hyderabad, Mumbai, Pune, dan Bengaluru di India. Selanjutnya, peringkat tertinggi ada di Chongqing, Changsha, Gaungzhou, Ningbo, dan Qingdao di China.
Lalu, Istanbul dan Ankara di Turki. Osaka dan Tokyo di Jepang. Kuala Lumpur di Malaysia. Kenaikan harga rumah di kota-kota dunia tersebut yang terendah di Qingdao (China) yakni 4,2 persen dan yang tertinggi di Hongkong sebesar 14,8 persen.
Secara umum, indeks itu menunjukkan pertumbuhan kenaikan harga rumah rata-rata 4,5 persen pada 2017. Setahun sebelumnya (2016), angka ini mendekati 7 persen, dengan peringkat tertinggi di Berlin (Jerman) yang mengalami kenaikan harga rumah sebesar 20,5 persen.
Apa arti pemeringkatan tersebut? Peneliti Knight Frank, Kate Everett-Allen, mengatakan bahwa indeks itu menunjukkan sejauh mana pengelolaan pertumbuhan harga rumah di setiap kota pada 2017.
Jadi, kenaikan harga rumah masih lebih rendah di Jakarta dibandingkan dengan di Kuala Lumpur ataupun Singapura, apa lagi di Hongkong yang gak deh! Gak bakalan terjangkau oleh kita-kita.
Share